Tumbuhkan Jiwa Entrepreneur Lewat Distingsi
lpminvest.com– Sebanyak 159 mahasiswa jurusan Ekonomi Islam angkatan 2017 UIN Walisongo ikuti Distingsi periode pertama di Gets Hotel Semarang. Sabtu, (1/9/2018).
Acara yang digelar oleh Program Studi Ekonomi Islam ini berlangsung selama dua hari. Senada dengan tajuk acara tersebut “Entrepreneur Berwawasan Global dan Berakhlakul Karimah”, acara ini bertujuan untuk memberikan pemahaman sekaligus motivasi entrepreneur kepada mahasiswa.
“Asal-usul nasib, awalnya adalah pikiran. Pikiran negatif tidak akan mengubah duniamu maka berpikirlah yang positif, karena kalimat positif adalah doa,” tutur Heri Wibowo, salah satu pemateri di hari pertama acara Distingsi. Sabtu, (1/9/2018).
Heri yang merupakan alumni UIN Walisongo, tidak hanya memberikan wawasan entrepreneur kepada mahasiswa. Namun moto hidup seorang entrepreneur juga disampaikan untuk menumbuhkan semangat mahasiswa.
“Moto menjadi seorang entrepreneur itu begini, modal bisa dicari, keahlian bisa dibeli, tapi cita-cita dan semangat tidak bisa dibeli,” tegasnya.
Safina, salah satu mahasiswa Ekonomi Islam mengaku menjadi terbuka pikirannya tentang dunia entrepreneur setelah mengikuti acara ini.
“Kita dapat tahu banyak hal dari materi yang disampaikan di acara ini, salah satunya kita bisa tahu bahwa di luaran sana orang memulai bisnis dari nol. Dari sini juga saya dapat mengubah pola pikir, gak selamanya modal itu utama. Yang utama adalah cita-cita dan semangat karena tidak bisa dicari dan dibeli,” ungkap gadis kelahiran Madura itu kepada kru lpminvest.com.
Dalam materinya, Heri menyampaikan bahwa risiko terberat menjadi seorang Entrepreneur adalah kaya. Menurutnya, sebaik-baiknya harta kekayaan ialah yang dipegang orang yang beriman.
Sedangkan untuk mengembangkan bisnis, menurut Heri leadership sangat berperan penting.
“Dalam hal ini kita perlu memiliki jiwa leadership yang baik, kita harus mendengarkan masukan dari orang lain yang tidak kita tahu. Percaya diri perlu tapi terlalu banyak bisa membuat orang sombong,” imbuhnya.
Di akhir materinya, laki-laki paruh baya ini mengajak mahasiswa untuk menulis impian sepuluh tahun mendatang ingin menjadi seperti apa.
“Sekarang tulis di kertas apa yang kamu mau di sepuluh tahun kemudian. Lipat kertas itu dan simpan baik – baik,” pungkasnya. (Ari-[i])