KKL Ekonomi Islam, Menilik Sisi Wisata Edukasi dan Lingkungan Pod Chocolate Bali
lpminvest.com- Mata pencaharian utama masyarakat Pulau Bali yaitu bidang pariwisata. Bukan hanya sekedar wisata alam, melainkan wisata kuliner, religi, edukasi, sampai wisata lingkungan.
Tim Kuliah Kerja Lapangan (KKL) program studi Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Walisongo Semarang hari kedua ini melanjutkan kuliah lapangan, salah satunya ke wisata lingkungan yaitu Pod Chocolate Bali. Selasa, (3/3/2020).
Pod Chocolate ini merupakan sebuah tempat untuk penggemar berbagai macam sajian dari coklat.
Bukan hanya menawarkan produk yang dihasilkan, tetapi juga mengajak konsumen untuk tahu dan telibat secara langsung dalam pembuatan produk cokelat tersebut.
Ida Bagus Nama Rupa (Gusde), pemilik
Pod Chocolate ini menyebutkan bahwa Indonesia adalah negara ketiga penghasil cokelat terbanyak.
“Negara penghasil cokelat nomor satu yaitu Ghana, disusul oleh Pantai Gading yang berada di Benua Afrika, dan yang ketiga yaitu Indonesia,” terang Gusde dalam kesempatan.
Ironisnya, negara penghasil cokelat terbanyak justru menempati posisi terendah konsumsi cokelat.
“Ghana adalah negara dengan rata-rata konsumsi cokelat kurang dari 0.1 kg per orang dalam satu tahun, tidak jauh berbeda dengan Indonesia yang mengkonsumsi cokelat 0.3 kg per orang dalam satu tahunnya,” ungkapnya.
Hal tersebut karena masyarakat termakan mitos yang beredar bahwa cokelat menyebabkan sakit gigi, gemuk, dan diabetes.
“Kita jangan mengfitnah cokelat, yang bisa menyebabkan sakit gigi, gemuk, dll. Negara dengan tingkat konsumsi tertinggi nyatanya tidak ompong seperti yang kalian fitnahkan,” tambahnya.
Gusde juga memberikan cara memilih cokelat yang sehat, yaitu dengan melihat komposisi yang ada dalam kemasan.
“Prinsip yang harus dipegang dalam setiap aktivitas yaitu 5C. Creativity, critics, curriousity, communicative, caracter. Kritis di sini salah satunya kalian harus kritis dalam mengkonsumsi makanan harus dilihat komposisi yang terkandung dalam kemasan,” urai Gusde.
Dalam menjalankan bisnis ini, Gusde juga menegaskan bahwa yang harus dilakukan yaitu mengedukasi petani kakao agar memperoleh kesejahteraan.
“Saya terlahir dari anak seorang petani, jadi dengan kesabaran yang tinggi harus mampu memberikan dampak untuk petani. Bukan justru membeli tanah dan menghilangkan mata pencaharian mereka,” pungkasnya.
Di sisi lain kulit cokelat dimanfaatkan untuk pakan ternak.
“Cokelat yang diolah hanya bijinya, kemudian kulitnya digunakan untuk pakan ternak,” jelas Purnama salah satu karyawan Pod Chocolate.
Gusde menyebutkan dampak dari pemberdayaan masyarakat ini menyebabkan produksi Pod Chocolate menjadi 1 ton per hari yang awalnya hanya 5 kg per hari. Ari_[i]